Rabu, 18 Februari 2015

PENGEMBARA

Apa yang ibu bicarakan semalam terasa
asing sekaligus terasa sangat benar. Aku
hidup ditengah-tengah keluarga
perempuan. Saudariku sepupuku semua
perempuan. Di rumah sebesar ini pun,
ayah ku adalah laki-laki satu-satunya
ditengah-tengah 4 orang perempuan, aku-
ibu-adiku-dan satu orang pembantu.
Ibarat buah, akan tiba saatnya dia masak.
Hendak dimakan binatang malam, tinggal
membusuk, jatuh tak terabaikan, atau
dipetik dan diranumkan dengan baik. Buah
tidaklah bisa memilih kapan dia harus
ranum, ada waktunya.
"Kau sudah ranum, gadis seusiamu tentu
harus belajar tentang laki-laki meskipun
kau bersikeras menolak kehadirannya Nak" ,
Ibu berkata lembut sembari melanjutkan
rajutannya. Sebuah syal dengan benang
terbaik. Untuk ayah.
"Semakin kau menghindar, kau akan
semakin tersesat dan itu akan
membahayakan dirimu sendiri.
Mengenalnya tidak harus dengan
berdekatan. Sejak Adam hingga saat ini,
laki-laki itu sama. Ya seperti-seperti itu
saja. Baik juga seperti itu dan yang buruk
pun juga seperti itu. Perubahan yang ada
tidak begitu signifikan. Istilahnya belajar
dari sejarah"
Ibu tetap asik dengan bicaranya sementara
aku malas -malasan mendengarkannya
sambil membaca buku. Hanya disambut
dengan sedikit gumaman.
"Daridulu, laki-laki itu pengelana anakku.
Dia adalah pengembara yang selalu
berjalan kesana kemari. Singgah sebentar
untuk menikmati suasana tempat ia
singgah, mencari minum, atau beristirahat.
Selebihnya dia akan melanjutkan
perjalanan. Dan yang bisa memutuskan
perjalanan itu hanya satu : pernikahan.
Kitalah yang memutuskan perjalanan
mereka, membuat mereka menetap pada
satu tempat dan menikmati kehidupan
bersama-sama. Sebelum ada ikatan
pernikahan, laki-laki akan tetap menjadi
pengembara meskipun mulutnya bicara
ingin tinggal menetap. Kau harus hati-hati,
jangan sampai menjadi tempat
persinggahan"
Ibu menghentikan rajutannya dan
memperhatikanku. Aku tersenyum terpaksa.
Mungkin ibu putus asa , ceritanya tak lagi
berlanjut dan itu membuatku memikirkan
kata-katanya. Pengembara, tempat singgah,
pernikahan.
Bandung , 18 Juni 2013
Dan saya hanya bisa terpaku membaca tulisan
ini.

0 komentar:

Posting Komentar