Rabu, 18 Februari 2015

Bicara Mata Batin

B : Kau lihat laki-laki yang
sedang berjalan ke arah sana? Kau
lihat betapa terlihat tegar
wajahnya, senyumnya, bahkan sinar
matanya? Ku beri tahu, dia adalah
laki-laki yang rapuh saat ini.
Beberapa hari yang lalu dia
kehilangan cintanya, padahal dia
belum memilikinya. Dia sudah
kehilangan.
A : Bagaimana kau bisa tahu?
B : Itulah mata batin.
A : Apa yang membuat dia
kehilangan?
B : Waktu, dia kehilangan waktu.
Dia datang terlambat pada seseorang
yang dia cintai sejak lama
A : Seberapa lama?
B : Mungkin seumur sekolah.
A : Kasihan sekali dia, bagaimana
menurutmu?
B : Iya, tapi itu akan menjadi
pembelajaran hidup terbaik baginya
bila dia mampu menyerap semua
kejadian itu dengan hati yang
lapang dan pikiran yang lurus.
A : Semoga begitu.
Aku menatap kosong pada laki-laki
yang sedang berjalan dengan langkah
yang tenang dan sinar wajah yang
tidak terlihat sama sekali
keresahan. Bahkan aku tidak
menyaksikan kerapuhan itu sama
sekali. Sampai pada satu
kesempatan, batinku mengajakku
jalan-jalan di gelap pagi sebelum
matahari terbit. Ku saksikan laki-
laki itu sedang duduk di depan
layar komputer, menulis sesuatu.
Aku mendekati laki-laki itu tanpa
suara. Aku mengintip apa yang dia
tulis.
A : Aku baru mengerti tentang
sebuah kerapuhan yang kamu katakan
beberapa hari yang lalu tentang
laki-laki ini.
B : Ya begitulah, setiap orang
yang kembali dalam kesunyian dan
kesendiriannya akan menjadi dirinya
sendiri. Segala keresahan itu akan
datang, kekhawatiran itu akan
muncul, dan air matanya yang tak
pernah kau lihat itu akan mengalir
sejumlah banyaknya huruf yang dia
tulis, mungkin lebih banyak.
A : Begitu mengerikannya kesepian
dan kekosongan.
B : Untuk itu, banyak orang
mencari teman. Sayangnya, tidak
semua orang bisa menemukan teman
yang dia cari.
A = Aku
B = Batin



Rumah, 12 Februari 2015 |
(c)kurniawangunadi

0 komentar:

Posting Komentar