Rabu, 18 Februari 2015

Tempat Berbagi


Hidup semakin kesini semakin berjalan
cepat, dan saat kau tidak bisa berjalan
secepat hidup ini atau lebih cepat
darinya. Aku akan kalah. Seperti
kekalahan-kekalahanku sebelumnya.
Aku tidak pernah menceritakan
bagaimana hidupku di masa lalu kepada
siapapun, tidak pernah pula mengijinkan
orang lain masuk ke dalam hidupku saat
ini. Sekalipun ada beberapa orang yang
mampu dekat denganku, mereka hanya
tahu sebagian kecil saja.
Aku sudah terbiasa sendiri, mengatasi
segala masalah sendiri, menyimpan
semua hal sendiri. Meski aku tahu,
manusia pada umumnya akan
memandang sebelah orang-orang yang
terus menerus hidup dalam
kesendiriannya. Aku belum menemukan
alasan yang tepat untuk hidup berbagai
dengan orang lain. Aku merasa cukup
dengan diri sendiri, atau mungkin aku
belum selesai dengan diri sendiri.
Kini ketika satu persatu temanku
memutuskan mengakhiri kesendiriannya.
Aku bertanya-tanya, orang seperti apakah
yang sanggup berbagi hidup denganku.
Aku bukan siapa-siapa, bukan seseorang
dengan segudang amal mulia, bukan
seseorang dengan setumpuk gelar baik,
aku bukan siapa-siapa karena aku selalu
dengan diriku sendiri.
Aku bertanya-tanya, seperti apakah orang
yang mampu menerima apa yang aku
miliki meski aku tidak memiliki apapun
sebenarnya. Dan ketika aku melihat
teman-temanku yang baik satu persatu
menemukan tempat berbaginya, aku
bahagia sekaligus sedih. Sebab, aku tahu
aku bukan siapa siapa dan tidak menjadi
siapa-siapa. Aku sibuk dengan diri sendiri
yang tak kunjung selesai. Dan mereka
bertemu dengan orang yang ternyata itu
bukanlah aku, atau seperti aku.
Aku menghabiskan waktu untuk
menyendiri dan menyimpan segala
pertanyaan itu, sendiri. Tak pernah aku
utarakan ke siapapun. Aku kan mencari
jawabnya seorang diri. Aku tidak tahu,
orang seperti apa yang sedang aku cari,
jawaban seperti apa yang aku inginkan.
Dan aku pun bertanya-tanya saat
diperjalanan bertemu dengan orang yang
sedang mencari hal yang sama, memiliki
pertanyaan yang sama. Lalu kami
mencari bersama-sama.
Pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung
kami temukan jawabnya sampai pada
satu waktu ada orang yang mengatakan
kepada kami, bahwa kami adalah
jawaban dari pertanyaan itu. Dan kami
saling bersitatap tidak percaya.
"Kamukah, jawabnya?"


By : Kurniawan Gunadi

0 komentar:

Posting Komentar