Dalam Islam, seorang muslim tidak hanya dituntut untuk melakukan
hubungan yang baik dengan Allah saja. Bahkan Islam juga menganjurkan
pemeluknya untuk memerhatikan hubungannya dengan sesama manusia.
Sampai-sampai sikap baik seorang muslim terhadap sesama manusia
menunjukkan kesempurnaan imannya, karena hal itu adalah bagian dari
tuntutan keimanan dia kepada Allah dan hari akhir.
Di
era teknologi seperti sekarang ini, banyak cara dan banyak sarana yang
bisa digunakan untuk menghubungkan seseorang dengan sesama. Facebook
sebagai situs jejaring sosial paling besar misalnya, merupakan situs
jejaring sosial yang telah banyak digunakan orang untuk berhubungan
dengan keluarga, kerabat, teman, rekan kerja, relasi dan masih banyak
lagi.
Keberadaan facebook dan situs-situs jejaring sosial serupa lainnya,
memang memiliki nilai manfaat yang terkadang kita perlukan. Namun tentu
saja situs-situs itu juga tidak lepas dari nilai-nilai mafsadat yang
merusak sehingga perlu ditimbang-timbang dalam penggunaannya.
Timbang Antara Maslahat dan Mafsadat
Pada asalnya, perkara-perkara yang merupakan kebiasaan manusia,
muamalah, sampai berbagai teknologi yang berkembang di tengah umat
manusia, adalah perkara-perkara yang mubah selama tidak ada larangan
khusus tentangnya atau selama hal itu tidak menyelisihi syariat yang
telah jelas. Hukum asal ini pun berlaku juga bagi situs jejaring sosial
seperti facebook yang sedang kita bicarakan ini.
Hanya saja perkara-perkara yang mubah ini bisa berubah hukumnya
menjadi sunah atau wajib, atau menjadi makruh bahkan haram, tergantung
dari tujuan atau niat penggunaannya atau karena adanya hal-hal lain yang
memalingkan hukum asal mubah tersebut kepada hukum lainnya.
Berkaitan dengan Facebook, telah disinggung di atas bahwa ia tidak
lepas dari adanya maslahat atau manfaat dan mafsadat atau bahaya dan
kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya. Maka sebelum seseorang
menggunakan layanan jejaring sosial ini (dan yang semisalnya) hendaknya
dia mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat yang ada.
Manfaat Facebook
Sebagaimana slogannya, “Facebook membantu Anda terhubung dan berbagi
dengan orang-orang dalam kehidupan Anda” maka Facebook benar-benar bisa
menjadi sarana untuk menjalin hubungan sesama manusia, baik hubungan
silaturahim antar kerabat, hubungan dengan sesama teman, atau hubungan
relasi kerja. Facebook juga sangat bermanfaat bagi para usahawan untuk
memasarkan atau mengenalkan produknya kepada banyak orang. Bahkan dalam
hal dakwah, jejaring sosial ini pun bisa dimanfaatkan.
Akan tetapi hal itu hanya akan memberi manfaat besar jika
penggunaannya memerhatikan adab-adab islami dan disertai dengan niat
yang benar. Adapun sekadar menjalin persahabatan atau pertemanan semata
tanpa memerhatikan niat dan adab islami, maka masih sangat riskan dengan
banyaknya keburukan-keburukan yang bisa didapati dari jejaring sosial
ini.
Keburukan Facebook
Berbicara tentang keburukan Facebook, maka bayangkanlah tentang dunia
yang sangat bebas, tidak ada yang bisa mengontrol seseorang kecuali
kewaspadaan yang ada pada dirinya, dan tentu saja keimanan yang ada
dalam hatinya. Maka seperti itulah Facebook. Seseorang bisa bebas
membuat akun dalam facebook, baik dengan identitas asli atau palsu.
Setelah di sana, dia bisa bebas berteman dengan siapa saja; laki-laki,
wanita, orang shalih, orang fasik, muslim, kafir dan… bebas. Dia pun
bisa berkomunikasi dengan siapa pun tidak peduli apakah sejenis ataupun
lawan jenis, mahram atau bukan mahram, dan dengan pembicaraan apa saja…
bebas. Dalam facebook seseorang bisa berbagi gambar atau foto, baik yang
sopan sampai yang telanjang. Dia pun bisa mengumbar sesuatu yang
seharusnya menjadi privasinya karena kebebasan ini. Dan ini semua sesuai
dengan misi Facebook, “give people the power to share and make the
world more open and connected” (memberikan kekuatan untuk berbagi, dan
membuat dunia lebih terbuka dan terhubung)
Dari Kebebasan-kebebasan yang sangat lebar inilah timbul berbagai macam keburukan-keburukan. Di antaranya:
– Hubungan haram antara lawan jenis. Di mana keburukan ini bisa
menghantarkan kepada keburukan-keburukan lain yang bahkan lebih besar
darinya, seperti perzinaan, perselingkuhan atau rusaknya rumah tangga
seseorang.
– Mudah tersebarnya pemikiran-pemikiran rusak melalui status atau
catatan dalam Facebook. Dan masuk dalam hal ini seperti pemanfaatan
facebook oleh para pengusung keyakinan meyimpang untuk menyebarluaskan
keyakinan mereka atau pemanfaatan facebook oleh orang-orang yang
membenci suatu pemerintahan untuk menyebarkan opini yang kemudian mereka
melakukan pemberontakan sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri.
– Karena sifat bebasnya dalam berhubungan dengan siapa saja, hal ini
kerap menjadikan seseorang lebih memilih berfacebook ria dari pada
berhubungan dengan orang dalam dunia nyata. Sehingga timbullah suatu
opini yang menyatakan bahwa jejaring sosial semacam facebook ini bukan
hanya mendekatkan yang jauh akan tetapi sayangnya juga menjauhkan yang
dekat.
– Penyia-nyiaan waktu sering terjadi ketika seseorang menggunakan
facebook. Hanya untuk menulis status, berkomentar pada status teman,
menambah teman, mencari teman, atau aktivitas lain dalam facebook sering
menjadikan seseorang lupa waktu. Akibatnya, banyak pekerjaan yang
seharusnya menjadi kewajibannya menjadi terbengkalai, sehingga mulai
rusaklah kehidupan dunia nyatanya hanya untuk membangun kehidupan dunia
maya.
– Sering juga pada status-satus facebook didapati luapan perasaan,
curahan hati, atau semacam pengaduan yang seharusnya hanya ditujukan
kepada Allah namun dituliskan ke dalam kolom status facebook. Maka
jadilah facebook sebagai tempat meratap, mengeluh, mengaduh, menumpahkan
perasaan pribadi yang selayaknya tidak ditampakkan di muka umum.
– Penipuan pun tidak absen dari jejaring sosial terbesar ini. Dengan
trik-trik tertentu seseorang terkadang melakukan penyusupan atau
perampasan pada akun orang lain yang kemudian dia melakukan penipuan
dengan akun tersebut. Atau bisa juga penipuan ini dengan cara-cara lain.
Sebagian keburukan facebook ini sudah cukup untuk mengingatkan kita
akan bahaya facebook ini meski kita tidak bisa menghukuminya haram
secara mutlak karena masih ada maslahat facebook ini yang bisa
dimanfaatkan terutama oleh orang yang bisa berniat baik dan beradab
islami.
Facebook untuk Dakwah
Melihat maslahat yang ada pada facebook, maka penggunaannya untuk
dakwah adalah penggunaan yang paling baik, karena Allah l berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata, sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushshilat: 32)
Akan tetapi, untuk melakukan dakwah di facebook ini tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan. Karena dakwah perlu kepada ilmu, baik ilmu
tentang agama ini, ilmu tentang orang yang didakwahi dan juga ilmu
tentang bagaimana cara berdakwah. Maka ketika seseorang ingin berdakwah
di facebook, dia harus memerhatikan siapa saja yang akan membaca status
atau catatannya. Akankah yang dia sampaikan membawa kepada perdebatan
atau tidak. Dan lain sebagainya hal-hal yang harus diperhatikan dalam
dakwah.
Niat ikhlas pun harus senantiasa mengiringi aktivitasnya dalam
berdakwah lewat facebook. Jangan sampai dakwah itu terkotori dengan
hal-hal yang merusak keikhlasan, seperti ingin terkenal, ingin dianggap
sebagai seorang ustadz, seorang yang berilmu dan lain sebagainya.
Dan di samping itu semua, ketika seseorang mulai masuk ke dalam
facebook dia harus selalu mengiringinya dengan muraqabah kepada Allah,
yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah. Karena tanpa hal ini seseorang
akan mudah tertarik dan terjerumus ke dalam langkah-langkah setan yang
cukup halus. Dan ini berlaku bagi siapa saja para pengguna facebook baik
yang berniat untuk berdakwah atau hanya untuk sekadar menjalin hubungan
silaturahim atau ukhuwah islamiyah.
Oleh karena itu siapa saja yang ingin bergabung atau masuk dalam
jejaring sosial ini dan semacamnya, hendaknya menimbang-nimbang terlebih
dahulu, untuk apa dia masuk ke dalamnya, apakah kita memiliki kekuatan
untuk menghadapi bahaya-bahaya di dalamnya atau tidak. Dan hanya kepada
Allah tempat memohon pertolongan.(***)
Sumber: Rubrik Lentera, Majalah Sakinah Vol. 11, No. 5
Senin, 21 Oktober 2013
Facebook Antara Maslahat dan Mafsadat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar