Senin, 21 Oktober 2013

Facebook Antara Maslahat dan Mafsadat

Dalam Islam, seorang muslim tidak hanya dituntut untuk melakukan hubungan yang baik dengan Allah saja. Bahkan Islam juga menganjurkan pemeluknya untuk memerhatikan hubungannya dengan sesama manusia. Sampai-sampai sikap baik seorang muslim terhadap sesama manusia menunjukkan kesempurnaan imannya, karena hal itu adalah bagian dari tuntutan keimanan dia kepada Allah dan hari akhir.
facebook-2Di era teknologi seperti sekarang ini, banyak cara dan banyak sarana yang bisa digunakan untuk menghubungkan seseorang dengan sesama. Facebook sebagai situs jejaring sosial paling besar misalnya, merupakan situs jejaring sosial yang telah banyak digunakan orang untuk berhubungan dengan keluarga, kerabat, teman, rekan kerja, relasi dan masih banyak lagi.
Keberadaan facebook dan situs-situs jejaring sosial serupa lainnya, memang memiliki nilai manfaat yang terkadang kita perlukan. Namun tentu saja situs-situs itu juga tidak lepas dari nilai-nilai mafsadat yang merusak sehingga perlu ditimbang-timbang dalam penggunaannya.
Timbang Antara Maslahat dan Mafsadat
Pada asalnya, perkara-perkara yang merupakan kebiasaan manusia, muamalah, sampai berbagai teknologi yang berkembang di tengah umat manusia, adalah perkara-perkara yang mubah selama tidak ada larangan khusus tentangnya atau selama hal itu tidak menyelisihi syariat yang telah jelas. Hukum asal ini pun berlaku juga bagi situs jejaring sosial seperti facebook yang sedang kita bicarakan ini.
Hanya saja perkara-perkara yang mubah ini bisa berubah hukumnya menjadi sunah atau wajib, atau menjadi makruh bahkan haram, tergantung dari tujuan atau niat penggunaannya atau karena adanya hal-hal lain yang memalingkan hukum asal mubah tersebut kepada hukum lainnya.
Berkaitan dengan Facebook, telah disinggung di atas bahwa ia tidak lepas dari adanya maslahat atau manfaat dan mafsadat atau bahaya dan kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya. Maka sebelum seseorang menggunakan layanan jejaring sosial ini (dan yang semisalnya) hendaknya dia mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat yang ada.
Manfaat Facebook
Sebagaimana slogannya, “Facebook membantu Anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang dalam kehidupan Anda” maka Facebook benar-benar bisa menjadi sarana untuk menjalin hubungan sesama manusia, baik hubungan silaturahim antar kerabat, hubungan dengan sesama teman, atau hubungan relasi kerja. Facebook juga sangat bermanfaat bagi para usahawan untuk memasarkan atau mengenalkan produknya kepada banyak orang. Bahkan dalam hal dakwah, jejaring sosial ini pun bisa dimanfaatkan.
Akan tetapi hal itu hanya akan memberi manfaat besar jika penggunaannya memerhatikan adab-adab islami dan disertai dengan niat yang benar. Adapun sekadar menjalin persahabatan atau pertemanan semata tanpa memerhatikan niat dan adab islami, maka masih sangat riskan dengan banyaknya keburukan-keburukan yang bisa didapati dari jejaring sosial ini.
Keburukan Facebook
Berbicara tentang keburukan Facebook, maka bayangkanlah tentang dunia yang sangat bebas, tidak ada yang bisa mengontrol seseorang kecuali kewaspadaan yang ada pada dirinya, dan tentu saja keimanan yang ada dalam hatinya. Maka seperti itulah Facebook. Seseorang bisa bebas membuat akun dalam facebook, baik dengan identitas asli atau palsu. Setelah di sana, dia bisa bebas berteman dengan siapa saja; laki-laki, wanita, orang shalih, orang fasik, muslim, kafir dan… bebas. Dia pun bisa berkomunikasi dengan siapa pun tidak peduli apakah sejenis ataupun lawan jenis, mahram atau bukan mahram, dan dengan pembicaraan apa saja… bebas. Dalam facebook seseorang bisa berbagi gambar atau foto, baik yang sopan sampai yang telanjang. Dia pun bisa mengumbar sesuatu yang seharusnya menjadi privasinya karena kebebasan ini. Dan ini semua sesuai dengan misi Facebook, “give people the power to share and make the world more open and connected” (memberikan kekuatan untuk berbagi, dan membuat dunia lebih terbuka dan terhubung)
Dari Kebebasan-kebebasan yang sangat lebar inilah timbul berbagai macam keburukan-keburukan. Di antaranya:
– Hubungan haram antara lawan jenis. Di mana keburukan ini bisa menghantarkan kepada keburukan-keburukan lain yang bahkan lebih besar darinya, seperti perzinaan, perselingkuhan atau rusaknya rumah tangga seseorang.
– Mudah tersebarnya pemikiran-pemikiran rusak melalui status atau catatan dalam Facebook. Dan masuk dalam hal ini seperti pemanfaatan facebook oleh para pengusung keyakinan meyimpang untuk menyebarluaskan keyakinan mereka atau pemanfaatan facebook oleh orang-orang yang membenci suatu pemerintahan untuk menyebarkan opini yang kemudian mereka melakukan pemberontakan sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri.
– Karena sifat bebasnya dalam berhubungan dengan siapa saja, hal ini kerap menjadikan seseorang lebih memilih berfacebook ria dari pada berhubungan dengan orang dalam dunia nyata. Sehingga timbullah suatu opini yang menyatakan bahwa jejaring sosial semacam facebook ini bukan hanya mendekatkan yang jauh akan tetapi sayangnya juga menjauhkan yang dekat.
– Penyia-nyiaan waktu sering terjadi ketika seseorang menggunakan facebook. Hanya untuk menulis status, berkomentar pada status teman, menambah teman, mencari teman, atau aktivitas lain dalam facebook sering menjadikan seseorang lupa waktu. Akibatnya, banyak pekerjaan yang seharusnya menjadi kewajibannya menjadi terbengkalai, sehingga mulai rusaklah kehidupan dunia nyatanya hanya untuk membangun kehidupan dunia maya.
– Sering juga pada status-satus facebook didapati luapan perasaan, curahan hati, atau semacam pengaduan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah namun dituliskan ke dalam kolom status facebook. Maka jadilah facebook sebagai tempat meratap, mengeluh, mengaduh, menumpahkan perasaan pribadi yang selayaknya tidak ditampakkan di muka umum.
– Penipuan pun tidak absen dari jejaring sosial terbesar ini. Dengan trik-trik tertentu seseorang terkadang melakukan penyusupan atau perampasan pada akun orang lain yang kemudian dia melakukan penipuan dengan akun tersebut. Atau bisa juga penipuan ini dengan cara-cara lain.
Sebagian keburukan facebook ini sudah cukup untuk mengingatkan kita akan bahaya facebook ini meski kita tidak bisa menghukuminya haram secara mutlak karena masih ada maslahat facebook ini yang bisa dimanfaatkan terutama oleh orang yang bisa berniat baik dan beradab islami.
Facebook untuk Dakwah
Melihat maslahat yang ada pada facebook, maka penggunaannya untuk dakwah adalah penggunaan yang paling baik, karena Allah l berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushshilat: 32)
Akan tetapi, untuk melakukan dakwah di facebook ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Karena dakwah perlu kepada ilmu, baik ilmu tentang agama ini, ilmu tentang orang yang didakwahi dan juga ilmu tentang bagaimana cara berdakwah. Maka ketika seseorang ingin berdakwah di facebook, dia harus memerhatikan siapa saja yang akan membaca status atau catatannya. Akankah yang dia sampaikan membawa kepada perdebatan atau tidak. Dan lain sebagainya hal-hal yang harus diperhatikan dalam dakwah.
Niat ikhlas pun harus senantiasa mengiringi aktivitasnya dalam berdakwah lewat facebook. Jangan sampai dakwah itu terkotori dengan hal-hal yang merusak keikhlasan, seperti ingin terkenal, ingin dianggap sebagai seorang ustadz, seorang yang berilmu dan lain sebagainya.
Dan di samping itu semua, ketika seseorang mulai masuk ke dalam facebook dia harus selalu mengiringinya dengan muraqabah kepada Allah, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah. Karena tanpa hal ini seseorang akan mudah tertarik dan terjerumus ke dalam langkah-langkah setan yang cukup halus. Dan ini berlaku bagi siapa saja para pengguna facebook baik yang berniat untuk berdakwah atau hanya untuk sekadar menjalin hubungan silaturahim atau ukhuwah islamiyah.
Oleh karena itu siapa saja yang ingin bergabung atau masuk dalam jejaring sosial ini dan semacamnya, hendaknya menimbang-nimbang terlebih dahulu, untuk apa dia masuk ke dalamnya, apakah kita memiliki kekuatan untuk menghadapi bahaya-bahaya di dalamnya atau tidak. Dan hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan.(***)
Sumber: Rubrik Lentera, Majalah Sakinah Vol. 11, No. 5

0 komentar:

Posting Komentar