Senin, 28 Januari 2013

Alangkah Beraninya Kita (Mati Tapi Hidup)

Banyak orang yang mengejar kepentingan dunia, seperti jabatan, uang dan nama baik, sehingga nyaris tidak sadar bahwa ada dunia "lain", yang seharusnya lebih kita utamakan. Sabda Rasulullah SAW "Sesungguhnya orang yang terbaik keislamannya adalah yang terbaik budi pekertinya".
Alkisah pada tahun 1998, di Makassar. aksi bakar-bakaran sedang marak, orang berbondong-bondong menjarah. Seorang perwira berpakaian sipil mendekati tukang becak yang sedang menonton, "Bapak tidak ikut ngambil barang-barang itu?" perwira itu bertanya, "Tidak", jawab abang becak. "Saya takut, itu barang haram." Perwira itu kaget. "Saya seperti ditampar," tuturnya ketika menceritakan kembali kisah itu.
Tukang becak beruban itu, apa tidak perlu uang? apa sulitnya mengambil barang-barang berharga di depan mata, lalu menjualnya? Kenapa pusing-pusing dengan halal dan haram? Mungkin itulah sederet pertanyaan dari sudut pandang kita. tak tahunya, itu memberi gambaran bagaimana akhlak kita. Pengayuh becak tadi tidak memakai sudut pandang kita. Dia beda. Lalu akhlak siapa yang lebih unggul?
Kita memang sering keliru"menilai" orang. Kita hanya menilai cover tanpa mengetahui isinya. Abu Hurairah berkisah,  bahwa ada seorang Arab dusun kencing di Masjid. Seketika para Sahabat membentak dia. Lalu Rasulullah SAW bersabda "Biarkanlah dia, siramlah kencingnya itu dengan seember air. Kalian semua di perintah untuk berlaku manis dan bijak. Bukan berlaku kasar dan menimbulkan kesulitan".
Pertanyaannya adalah, Seberapa sering kita berlaku manis dan bijak? Seberapa kali kita malah bertindak kasar dan menimbulkan kesulitan?
Begitulah kita, dengan akhlak yang masih amburadul, alangkah beraninya kita menyebut-nyebut diri kita sebagai pengikut setia Nabi besar Muhammad Saw, yang berakhlak mulia.

0 komentar:

Posting Komentar