Karyaku

I Like Writing. Menulis apapun yang saya inginkan. ^_^

My Life

Perjalanan Kehidupan yang penuh makna.

Pelajaran

Ilmu dan pelajaran yang kita dapatkan dari semua hal.

Ceritaku

Perjalanan yang seru..... Manis dan pahit..... menyenangkan untuk diceritakan

Download

Berbagai novel, kumpulan ebook dan aplikasi lainnya

Rabu, 31 Oktober 2012

10 Kap Lampu Kreatif dari Barang Bekas

 
Tunggu! Jangan buang barang bekas di rumahmu karena ternyata banyak cara untuk mengubahnya menjadi barang lain untuk dipergunakan kembali, misalnya saja untuk dijadikan kap lampu. Siapa sangka sendok bekas, kaset yang sudah tidak terpakai, gelas plastik, atau bahkan sarung tangan lateks dapat diubah menjadi kap lampu yang indah dan unik.
Pingin buat juga tapi nggak ada ide? Tenang aja! Kita lihat aja yuk, 10 kap lampu kreatif yang dibuat dari berbagai barang bekas. Siapa tahu bisa memberikan inspirasi buat kamu untuk mencoba membuatnya. Selain ramah lingkungan, juga akan membuat rumahmu lebih cantik!
1. Lampu Sendok Plastik
Link

2. Lampu Renda
Link

3. Lampu Tetrapak
Link

4. Lampu Kertas Sederhana
Link

5. Lampu Gelas Plastik
Link

6. Lampu Sarung Tangan Lateks
Link

7. Lampu Bola Lampu
Link

8. Lampu Bola Ping-Pong
Link

9. Lampu Kaset
Link

10. Lampu Sedotan
Link

Kamis, 25 Oktober 2012

Dunia Kecil Rizka


Kamu akan melihat Dunia, yang kejamnya tak pernah kamu kira
Kamu akan mengenal dunia yang tak seindah penglihatan mata

Dan ketika kamu sadar bahwa dirimu sudah dewasa, maka kamu ingin kembali ke 
masa kecil, dimana kamu tak mengerti apa-apa, bermain-main dan suci tanpa dosa  
  

 Part 1
Playing With Friend

21 Maret 2001
Gadis kecil berambut pendek itu menaiki sebuah pohon jambu di depan rumahnya. Dia mencoba untuk meraih buah yang sudah agak besar, dengan tubuh kecil memakai kaos dan celana pendeknya dengan mudah ia bisa memanjat.
Riska. Nama gadis itu adalah Riska. Dan baru saja menginjak usia ke-7, sehari yang lalu. Ia sangat gemar sekali memanjat pohon dengan teman-temannya ia juga sering memanjat pohon tetangga karena bagi dia itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Rambut pendek sekilas seperti anak laki-laki dan tubuhnya yang kurus kecil bukanlah karena ia kurang gizi atau makanan. Tapi karena memang dia dilahirkan dengan tubuh yang kurus sejak lahir. Riska adalah gadis yang sangat polos juga penakut, sehingga ia sering dibohongi oleh teman-temannya dan beberapa kali uang jajannya rela ia berikan kepada teman-temannya karena mereka mengambilnya dengan paksa. Tapi sama sekali dia tidak pernah mengatakannya pada orangtua atau saudaranya. Kegemaran Rizka adalah memanjat pohon dan bermain bersama teman-temannya. Terkadang Ia rela memberikan uang jajan dan mainannya agar teman-temannya bermain dengannya. Karena itu, Rizka selalu bermain sepulang sekolah bersama teman-temannya meski bermainnya di ladang petani seperti mengambil tebu dan semangka atau terkadang hanya berjalan-jalan di sawah dan duduk di gubuk kecil.
Ia berlarian di sawah bersama teman-temannya memegang sebuah tas plastik hitam, yang didalamnya ada sebuah ulat yang diambilnya dari gulungan-gulungan daun pisang. Awalnya dia takut mengambil ulat itu, tapi demi membantu temannya mencarikan makan burung perkutut ia membranikan diri melakukannya, dan rupanya itu menyenangkan. Ulat-ulat hijau itu masih bergerak-gerak di dalam kantong plastik, entah berapa puluh ulat yang ingin ia dapatkan tapi tidak setiap gulungan pisang itu terdapat ulat. Rizka berlari-lari sambil tersenyum kepada temannya yang tengah berlomba untuk mendapatkan ulat, beberapa orang melintas di hadapannya dengan memandangnya secara aneh dan jijik karena bermain dengan ulat.
“Rizzkaa.... Rizka...” terdengar seorang ibu setengah baya memanggilnya. “Iya bu....” berlari menghampiri ibunya. “Ayo cepat pulang, jangan main terus... nanti Ayah marah karena kamu gak belajar” menarik tangan Rizka untuk ikut dengannya pulang.
“Aku ngasih ulat ini ke Dwi dulu” berlari menghampiri temannya.
“Kitakan belum selesai mainnya Riz... aku masih punya sesuatu mainan rahasia yang ingin aku perlihatkan ke kamu” membisikinya pelan. “Oh.. ya.. besok saja ya.. nanti ayahku bisa marah kalau aku tidak belajar.. besok pasti aku bawa mainan baru dari ayahku” lalu menghampiri ibunya.
Keluarga Rizka adalah keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya bekerja sebagai manajer sebuah perusahaan di kota Semarang dan pulang sebulan sekali, Ibunya seorang ibu rumah tangga yang pekerjaannya berbelanja dan berjalan-jalan dengan teman-temannya sehingga tidak sempat memperhatikan anak-anaknya di rumah, ia hanya akan ada di rumah jika suaminya pulang jadi suaminya tidak mengetahui bahwa istrinya sering keluar rumah. Rizka mempunyai kakak perempuan dan kakak laki-laki yang jarang juga di rumah. Sedangkan pekerjaan rumah di kerjakan oleh pembantu yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri karena sangat memperhatikan Rizka melebihi ibu kandungnya.
“Kamu itu main-main dengan anak-anak gak jelas, gak pernah belajar..!! nilai ulangan 0. Mau jadi apa kamu nanti...” teriak Ayahnya saat Rizka baru sampai di rumah. “Sudah Ayah.. kasihan Rizka baru sampai rumah, biarkan dia istirahat makan dan mandi dulu, baru setelah itu belajar” bela ibunya.
“Kamu itu bela anak-anak terus, makanya mereka itu sekarang jadi manja. Dimana Rifa dan Roni, mereka juga tidak ada di rumah sudah sesore ini.” Melihat kehalaman rumah.
“Riz... kamu makan dan mandi sama bibi dulu ya...” kata ibunya pelan. Ibu dan ayahnya masih bercakap-cakap di halaman rumah lalu pergi keluar.
Rizka masuk kerumah menemui bibinya. “Bi... aku mau mandi air hangatnya dah ada belum?”
“belum... sambil saya rebuskan air non makan dulu saja” jawab bibinya sambil mempersiapkan air hangat. “Tadi Rizka dah makan ditempatnya Dwi bi.. enak banget deh makanannya padahal Cuma telur di campur kecap trus di goreng”. Cerita rizka. “Aduh non... gak baik makan ditempatnya orang, apalagi nanti kalau ibu dan ayah non tahu, nanti dikiranya non itu gak dikasih makan di rumah” nasehat bibinya.
“Cuma makan dirumah temen masak gak boleh bi...? eh mas roni kemana kok gak ada bi. Tadi bukannya tidur siang ma ibu ya?” tanya Rizka.
“Kasihan merepotkan orang tuanya Dwi nanti, Mas Roni kabur dari jendela lagi.. waktu semuanya pada tidur siang”. Cerita bibi.
“Wah gawat dong bi... kejadian kemaren bisa terulang dong... Ayah pasti marah” wajahnya gelisah. “bibi ga tahu non.. udah ayo ni dah hangat, cepet mandi” kata bibi menuju kamar mandi mempersiapkan air hangat.
Malam itu begitu sunyi, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu. Hanya Roni berbaring tertelungkup di lantai dengan punggung terbuka. “Bukk.... Bukkkk... Bukkk..” suara kayu yang di pukulkan di punggungnya... “Kamu itu kapan kapoknya.. sudah Ayah bilang tidur siang, malah kabur lewat jendela. Kamu itu sudah SMP Mau jadi jagoan hemm?” bentak ayah. “Buk...Buk....Buk...” suara pukulan itu berulang-ulang. Tangisan Roni sesunggukan tidak menghentikan ayahnya memukulnya. Roni hanya bisa menangis tanpa berkata kata maaf ataupun minta ampun pada ayahnya. Baginya pukulan itu sudah biasa ia rasakan, karena sudah beberapa kali dia melompat jendela untuk menghindari tidur siang yang menurutnya tidak menyenangkan, dan pergi bersama teman-temannya. Ibunya tak kuasa melihat kejadian itu lagi, ia hanya bisa bersedih dan membujuk Roni setelah hukuman itu selesai agar tidak melawan ayahnya.
Setelah selesai semua masuk ke kamar masing-masing, Rizka yang masih takut tidur sendirian lebih memilih tidur bersama bibinya dibanding bersama ibu dan ayahnya. “Bi.. kenapa mas Roni dipukul kalau tidak tidur siang, sedangkan Rizka dan mbak Rifa tidak pernah dipukuli meski tidak tidur siang?” tanya Rizka dengan polos. “Mas Roni itukan anak laki-laki dan sudah SMP, kalau banyak main nanti khawatirnya bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Kalau mbak Rifa kan perempuan sudah SMA bisa memilih teman.” Nasehat bibinya sambil menyetrika baju di kamar. Rizka mencoba memejamkan matanya, tapi ia masih terbayang kakaknya yang masih kesakitan dipukuli. Ia takut kejadian itu terjadi lagi dan mungkin dia juga bisa mengalaminya.
Pagi ini tidak begitu cerah, Rizka yang biasanya sudah bersepeda pagi menikmati liburan bersama teman-temannya harus menyiapkan diri belajar bersama keponakannya yang sekaligus tetangga juga teman sekelasnya. Papan hitam sengaja Ayah persiapkan di ruang tamu untuk mengajari Riska dan Dendi.
“Ayo Dendi.. 1x1 berapa? 2x2 , 3x3.. Rizka... 1x0, 2x1, 3x3 berapa?”? Tanya ayah.
“1, 4, 9” jawab Dendi dengan cepat.
“emmmmm... berapa ya... sebentar... 1, emmmmmm 3 dan 9” jawab Riska dengan ragu dan mengucap angka 9 dengan keras, karena ia hanya hafal perkalian 3 x 3, berulang-ulang ayahnya menanyainya hasil perkalian, namun berulang kali juga Rizka tidak bisa menjawab kecuali 3 x 3 dan Dendi berhasil menjawab dengan cepat.
“Kamu itu, bodoh sekali.. lihat Dendi itu pintar jawabannya benar semua, kebanyakan main. Ayo perkalian dihafalkan dulu, tidak boleh main kalau perkalian belum hafal” dengan suara tinggi. Setiap belajar dengan Dendi dan Ayahnya, selalu saja Riska di marahi dan Dendi dipuji-puji. Seringkali ia iri kepada Dendi karena selalu dipuji oleh Ayah dan guru di sekolahannya. Dengan kebodohan Riska, Dendi seringkali membohonginya pernah ia menukar uang Riska Rp 100 dengan uangnya Rp 25. Ia mengatakan pada Rizka bahwa uang itu lebih banyak dari punya Rizka. Namun terlalu bodohnya, Rizka tidak tahu dan menjajakannya, namun ibu kantin dengan halus mengatakan pada Riska bahwa uangnya tidak cukup untuk dibelikan jajan. Karena Rizka yang terlalu polos dan pendiam, ia sama sekali tidak marah pada Dendi, ia tahu bahwa Dendi membohonginya namun itu tidak membuatnya mengadu pada orang tua bahkan pada guru, hanya dia simpan sendiri dan ini kesekian kalinya ia dibohongi bahkan oleh saudaranya sendiri, karena menurutnya itu adalah kesalahannya sendiri yang terlalu mudah dibohongi.

Keutamaan Idul Adha

Takbir menggema dimana-mana Hari Raya 'Idul Adha telah datang ^_^.... Alhamdulillah besok sholat sunnah Idul Adha di Masjid bersama keluarga. bertemu dengan banyak orang dan  liburrrrrr.
Di sekolahku rencana kurban 2 kambing, akhirnya setelah beberapa lama kami melaksanakan kurban dan bersama-sama memproses hewan kurban itu. tentunya dengan menyembelih, memotong hewan kurban, membagikannya pada masyarakat serta siswa dan masak lalu dimakan bersama, tepatnya akan dilaksanakan pada hari Sabtu besok. tidak ada salahnya kita mengetahui hikmah dan keutamaannya.

Hikmah dan keutamaan qurban pada hari-hari tersebut:

1. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4. Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa
“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5. Berkurban adalah ibadah yang paling utama
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]
Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]

Kedudukan Niat Dalam Amal


 


"Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khatthab radhiallahu 'anhu, beliau berkata: Sesungguhnya
seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan ganjaran sesuai
dengan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan rasul-Nya, maka
hijrahnya menuju keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah karena mencari
dunia atau karena ingin menikahi seorang wanita, maka hijrahnya tersebut kepada apa yang dia
tuju." (HR. Bukhari no. 1, Muslim no. 155, 1907)

Kedudukan Hadits
Hadits ini begitu agung hingga sebagian ulama salaf mengatakan, "Hendaknya hadits ini
dicantumkan di permulaan kitab-kitab yang membahas ilmu syar'i." Oleh karena itu Imam Al
Bukhari memulai kitab Shahih-nya dengan mencantumkan hadits ini. Imam Ahmad berkata,
"Poros agama Islam terletak pada 3 hadits, yaitu hadits Umar إنما العمال بالنيات , hadits 'Aisyah
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد , dan hadits An Nu'man bin Basyir الحلل بين والحرام
ن بي ." Perkataan beliau ini memiliki maksud, yaitu bahwasanya amalan seorang mukallaf berkisar
antara melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Dua hal ini termasuk dalam perkara
halal atau haram, selain itu terdapat jenis ketiga yaitu perkara syubhat yang belum diketahui
secara jelas hukumnya, dan ketiga perkara ini terdapat dalam hadits An Nu'man bin Basyir. Dan
telah diketahui bersama, seorang yang hendak mengamalkan sesuatu, baik melaksanakan suatu
perintah atau meninggalkan larangan harus dilandasi dengan niat agar amalan tersebut benar.
Maka nilai suatu amal bergantung kepada adanya niat yang menentukan amalan tersebut apakah
benar dan diterima. Dan segala perkara yang diwajibkan atau dianjurkan Allah 'Azza wa Jalla
harus diukur dengan timbangan yang pasti sehingga amalan itu sah dan hal ini ditentukan oleh
hadits 'Aisyah di atas.
Sehingga hadits ini senantiasa dibutuhkan di setiap perkara, di saat melaksanakan perintah,
meninggalkan larangan dan ketika berhadapan dengan perkara syubhat. Berdasarkan hal itu,
kedudukan hadits ini begitu agung, karena seorang mukallaf senantiasa membutuhkan niat, baik
dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan perkara yang haram atau syubhat. Semua
perbuatan tersebut itu tidak akan bernilai kecuali diniatkan untuk mencari wajah Allah Jalla wa
'Alaa.
Tafsiran Ulama Mengenai "Sesungguhnya Seluruh Amalan Itu Bergantung Pada
Niatnya"
Terdapat beberapa lafadz dalam sabda beliau إنما العمال بالنيات terkadang lafadz النية dan العمل
disebutkan dalam bentuk tunggal atau jamak walaupun demikian kedua bentuk tersebut memiliki
makna yang sama, karena lafadz العمل dan النية dalam bentuk tunggal mencakup seluruh jenis
amalan dan niat.
Di dalam sabda beliau [Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap
orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya] terkandung
pembatasan. Karena lafadz "innama" merupakan salah satu lafadz pembatas seperti yang
dijelaskan oleh ahli bahasa. Pembatasan tersebut mengharuskan setiap amalan dilandasi dengan
niat, Terdapat beberapa pendapat mengenai maksud sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam إنما
.العمال بالنيات
Pendapat pertama, mengatakan sesungguhnya maksud dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam ات  ال بالني  إنما العم yaitu keabsahan dan diterimanya suatu amalan adalah karena niat
yang melandasinya, sehingga sabda beliau ini berkaitan dengan keabsahan suatu amalan dan
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selanjutnya وإنما لكل امرئ ما نوى maksudnya adalah
seseorang akan mendapatkan ganjaran dari amalan yang dia kerjakan sesuai dengan niat yang
melandasi amalnya.
Pendapat kedua mengatakan bahwa sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam إنما العمال بالنيات
menerangkan bahwa sebab terjadi suatu amalan adalah dengan niat, karena segala amalan yang
dilakukan seseorang mesti dilandasi dengan keinginan dan maksud untuk beramal, dan itulah
niat. Maka faktor pendorong terwujudnya suatu amalan, baik amalan yang baik maupun yang
buruk adalah keinginan hati untuk melakukan amalan tersebut. Apabila hati ingin melakukan
suatu amalan dan kemampuan untuk melakukannya ada, maka amalan tersebut akan terlaksana.
Sehingga maksud sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ات  ال بالني  ا العم  إنم adalah amalan
akan terwujud dan terlaksana dengan sebab adanya niat, yaitu keinginan hati untuk melakukan
amalan tersebut. Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam وإنما لكل امرئ ما نوى memiliki
kandungan bahwa ganjaran pahala akan diperoleh oleh seseorang apabila niatnya benar, apabila
niatnya benar maka amalan tersebut merupakan amalan yang shalih.
Pendapat yang kuat adalah pendapat pertama, karena niat berfungsi mengesahkan suatu amalan
dan sabda beliau [Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya dan setiap orang
akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya] adalah penjelasan terhadap
perkara-perkara yang dituntut oleh syari'at bukan sebagai penjelas terhadap seluruh perkaraperkara
yang terjadi.
Kesimpulannya, pendapat terkuat dari dua tafsiran ulama di atas mengenai maksud dari sabda
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam [Sesungguhnya seluruh amalan itu bergantung pada niatnya]
adalah keabsahan amalan ditentukan oleh niat dan setiap orang mendapatkan ganjaran dan
pahala sesuai dengan apa yang diniatkan.
Definisi Amal
العمال adalah bentuk jamak dari العمل , yaitu segala sesuatu yang dilakukan seorang mukallaf
dan ucapan termasuk dalam definisi ini. Yang perlu diperhatikan maksud amal dalam hadits
tersebut tidak terbatas pada ucapan, perbuatan atau keyakinan semata, namun lafadz العمال
dalam hadits di atas adalah segala sesuatu yang dilakukan mukallaf berupa perkataan, perbuatan,
ucapan hati, amalan hati, perkataan lisan dan amalan anggota tubuh. Maka seluruh perkara yang
berkaitan dengan iman termasuk dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam [Sesungguhnya
seluruh amalan itu bergantung pada niatnya] karena iman terdiri dari ucapan (baik ucapan lisan
maupun ucapan hati) dan amalan (baik amalan hati dan amalan anggota tubuh). Maka seluruh
perbuatan mukallaf tercakup dalam sabda beliau di atas.
Namun keumuman lafadz العمال dalam hadits ini tidaklah mutlak, karena yang dimaksud dalam
hadits tersebut hanya sebagian amal saja, tidak mutlak walaupun lafadznya umum. Hal ini dapat
diketahui bagi mereka yang telah mempelajari ilmu ushul. Karena segala amalan yang tidak
dipersyaratkan niat untuk mengerjakannya tidaklah termasuk dalam sabda beliau [Sesungguhnya
seluruh amalan itu bergantung pada niatnya], seperti meninggalkan keharaman, mengembalikan
hak-hak orang yang dizhalimi, menghilangkan najis dan yang semisalnya.
Permasalahan Niat
Jika niat adalah keinginan dan kehendak hati, maka niat tidak boleh diucapkan dengan lisan
karena tempatnya adalah di hati karena seseorang berkeinginan atau berkehendak di dalam
hatinya untuk melakukan sesuatu. Maka amalan yang dimaksud dalam hadits ini adalah amalan
yang dilandasi dengan keinginan dan kehendak hati, atau dengan kata lain amalan yang disertai
pengharapan untuk mendapatkan wajah Allah. Oleh karena itu makna niat ditunjukkan dengan
lafadz yang berbeda-beda. Terkadang dengan lafadz الرادة dan terkadang dengan lafadz البتغاء
atau lafadz lain yang semisalnya.
Seperti firman Allah,

"Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari wajah Allah; dan mereka Itulah orangorang
beruntung." (QS. Ar Ruum: 38)

"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari,
sedang mereka menghendaki wajah-Nya." (QS. Al An'am: 52)

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap wajah-Nya." (QS. Al Kahfi: 28)
Atau firman Allah yang semisal dengan itu seperti,

"Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu
baginya." (QS. Asy Syuura: 20)
Atau dengan lafadz البتغاء seperti firman Allah,
,

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian
di antara manusia. dan Barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah,
Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (QS. An Nisaa': 114)

"Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha
tinggi." (QS. Al Lail: 20)
Sehingga lafadz niat dalam nash-nash Al Quran dan Sunnah terkadang ditunjukkan dengan lafadz
الرادة , lafadz البتغاء atau lafadz لم  الس yang bermakna ketundukan hati dan wajah kepada
Allah.
Makna Niat
Lafadz niat yang tercantum dalam firman Allah 'azza wa jalla atau yang digunakan dalam syariat
mengandung dua makna. Pertama, niat yang berkaitan dengan ibadah itu sendiri dan yang kedua
bermakna niat yang berkaitan dengan Zat yang disembah (objek/sasaran peribadatan). Maka niat
itu ada dua jenis:
Pertama, niat yang berkaitan dengan ibadah itu sendiri. Niat dengan pengertian semacam ini
sering digunakan ahli fikih dalam pembahasan hukum-hukum ibadah yaitu ketika mereka
menyebutkan syarat-syarat suatu ibadah, semisal perkataan mereka "Syarat pertama dari ibadah
ini adalah adanya niat" Niat dalam perkataan mereka tersebut adalah niat dengan makna yang
pertama, yaitu niat yang berkaitan dengan zat ibadah itu sendiri sehingga dapat dibedakan
dengan ibadah yang lain.
Jenis yang kedua, adalah niat yang berkaitan dengan Zat yang disembah (objek/sasaran
peribadatan) atau sering dinamakan dengan الخلص , yaitu memurnikan hati, niat dan amal
hanya kepada Allah 'azza wa jalla.
Kedua makna niat di atas tercakup dalam hadits ini. Maka maksud sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam إنما العمال بالنيات adalah sesungguhnya keabsahan suatu ibadah ditentukan oleh niat,
yaitu niat yang membedakan ibadah tersebut dengan yang lain dan niat yang bermakna
mengikhlaskan peribadatan hanya kepada Allah. Sehingga tidak tepat pendapat yang mengatakan
bahwa niat yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah niat yang bermakna ikhlas saja atau
pendapat yang mengatakan ikhlas tidak termasuk dalam perkataan ahli fikih ketika membahas
permasalahan niat.
-bersambung insya Allah-
***
Tingkat pembahasan: Dasar
Oleh: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh
Diterjemahkan dengan beberapa penyesuaian oleh Abu Umair Muhammad Al Makasari (Alumni
Ma'had Ilmi)
Murojaah: Ust. Aris Munandar

Download pdf

Rabu, 24 Oktober 2012

Cinta, Sayang dan Suka
















Cinta?
Apakah itu Cinta?
dia yang datang pada mimpi setiap malam?
dia yang bayangnya selalu datang?
dia yang saat kita memejamkan mata lalu ada?
dia yang ingin selalu kita miliki?

Sayang?
Apakah itu sayang?
Dia yang ingin kita lindungi?
Dia yang selalu kita perhatikan?
Dia yang kita tak ingin melihatnya terluka?
Dia yang selalu ingin kita bahagiakan?

Suka?
Apakah itu suka?
Dia yang pada dirinya membuat kita selalu bahagia?
Dia yang memperhatikan kita?
Dia yang tingkah lakunya membuat kita senang?

Cinta. Sayang dan Suka....
Datang pada hati
Yang terkadang tidak kita tahu saatnya

Selasa, 23 Oktober 2012

Kunti Matre



Malam jum'at tiba. Malam dimana para setan diberi kebebasan untuk jalan-jalan lazimnya malam minggu bagi manusia. Ketika waktu hampir pukul 12 malam waktu kuburan setempat, semua setan berdandan layaknya selebritis yang mau pentas. Suster ngesot merias wajahnya dengan menor meski roknya begitu dekil karena dipakai ngesot. Tuyul mengusap kepala botaknya dengan ludah hingga terlihat mengkilap. Di kamarnya, si cantik kunti sedang memilih baju setelah keramas menggunakan shampo anti ketombe, anti jamur, anti pecah, dan anti karat. Tubuhnya yang langsing begitu seksi meski tanpa kaki. Sedangkan sundel bolong sedang berdiri membelakangi cermin dengan raut muka bangga. Berkat obat serangga, punggung bolongnya sudah bebas belatung, bebas kuman, dan bebas formalin. Seorang, eh sepocong Ibu sedang membenarkan tali pocong anaknya, "Ingat nak, jangan berjudi, jangan mabuk-mabukan. Pulanglah sebelum shubuh. Jangan sampai ketemu Ustadz yang hendak ke Masjid. Bisa hangus kamu," nasehatnya pada anaknya yang akan Hang-out dengan teman geng Pocong.

Tepat jam 12, gerbang kuburan dibuka. Seketika mereka berhamburan keluar untuk mencari hiburan. Gerombolan pocong yang tergabung dalam geng Pocong langsung menuju maskas di bawah pohon melinjo untuk pesta miras.

"Eh, elu nggak jalan ama cewek lu si Kunti?" tanya salah satu pocong pada temannya dalam geng.

"Dia cuma ngajak ketemuan. Sekarang nunggu di jembatan ujung jalan. He...he... " Pocong Lakiyo nyengir. Terlihat sebaris gigi tak rapi dan tak putih.

"Terus ngapain lu kesini?"

Dengan memasang tampang afgan nahan berak, pocong akhirnya mengutarakan niatnya, "itu dia masalahnya. Gue minta lu nganter gue. Perasaan gue nggak enak. Garing, galau ringan."

"Malu ama muka. Masak muka serem gitu ketemuan aja minta dianterin. Ogah ! Males gue kalo lewat depan bioskop itu. Manusia sekarang pada sadis melecehkan kita lewat film. Masak kita digambar ngelemprak dengan tulisan POCONG NGESOT. Sebelahnya parah lagi, POCONG MANDI GOYANG PINGGUL. Sejak kapan kita bisa mandi sambil goyang pinggul? Mandi aja nggak pernah kan kita? Mereka fitnah seenaknya. Sakit ati gue !" gerutu pocong yang di ketahui matinya ketiban semut yang sedang pegangan tiang listrik.

"Santai aja bro. Gue ngeliat tulisan POCONG VS KUNTILANAK aja nggak marah. Padahal jelas-jelas yang sebenarnya adalah pocong love kuntilanak. Biarin manusia begitu. Dulu waktu kita masih hidup juga sering membuat fitnah. Ikhlasin aja. Ayo ah anterin gue," paksa si Pocong Lakiyo yang sudah tak sabar bertemu kekasih hatinya.

"Ogah ! Gue lagi pengen mabok bir cap kemenyan cihuy. Pocong Kardi yang bawa. Katanya barang import. Lagian kalo gue ngikut ntar cerita ini jadi banyak tokohnya. Bikin pusing penulisnya nanti. Ha..ha.." Tawa pocong sambil berlalu, meninggalkan sahabatnya resah dalam garing alias galau ringan.

Dengan perasaan galau yang menelusup pikiran, akhirnya si Pocong menemui kekasih hatinya yang telah duduk manis di atas pagar jembatan. Pocong muncul setelah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan.

"Hai yayang Kunti, ma'af ya telat. Soalnya jalanan licin. Jadi pas loncat-loncat kepleset terus. Untung tadi numpang odong-odong" Pocong beralibi.

"Hmmm...." Kunti menanggapi.

"Aku kan udah minta ma'af. Kenapa kamu masih dingin gitu?" Pocong bersedih.

"Baru dari kulkas."

"Owh.... " komentar pocong lugu, lantas memperbaiki kalimatnya, "Mmmaksud aku kenapa mukamu pucat sayang?"

"Goblok! Ya iyalah. Aku kan setan. Bego' dipiara." umpat Kunti yang makin sebel membuat Pocong makin bingung.

"Oh, bener juga ya? Tapi maksudku bukan itu. Kenapa wajahmu terlihat murung? Adakah yang kamu pikirkan sayang?" tanya Pocong meniru gaya Obama pidato.

"Sepertinya, kita sudahi saja hubungan kita."

"Owh..." komentar Pocong santai.

"Kenapa kamu nggak sedih?" Kunti mengerutkan dahi.

"Ya nggak apa-apa. Kan besok masih bisa bareng lagi. Cuma malam ini kan?" jelas Pocong.

"Maksud aku kita putus... !!!" bentak Kunti melotot.

"Apa?!" Teriak Pocong seakan digigit kalajengking. "Ko' gitu yang? Tapi kan.... "

"Nggak ada tapi-tapian. Ngerti !" tegas Kunti.

"Iya iya aku ngerti. Aku cuma butuh satu tapi," kata Pocong dengan muka memelas.

"Hiiihhh... Susah ya ngomong ama Pocong otak profesor," keluh Kunti.

"Owh, pacar baru kamu Profesor?" Pocong bertanya seakan tanpa dosa.
"Iya...! Profesor Idiot !" kesal Kunti meradang.

"Yang, pliss... Beri aku kesempatan. Aku sudah berusaha menjadi yang terbaik buatmu." Pocong mengiba. Dengan susah payah mencoba berlutut. Namun apa daya terjungkal karena sempitnya kain kafan yang melilitnya.

"Apa? Terbaik? Kamu memelukku saja nggak pernah. Membelai rambutku juga nggak pernah. Kamu nggak romantis !" jelas Kunti dengan melipat tangan didada. " Dan satu lagi, nggak usah aku kamu, panggil lu gue aja. Kita udah putus ! Titik" kembali Kunti menegaskan kebulatan tekad dan kebulatan pantatnya.

"Sayang, bukankah dulu kamu bilang mau menerima aku apa adanya? Aku emang nggak bisa memelukmu. Selain tanganku terbungkus, aku juga masih punya iman. Kita bukan muhrim yang..." Pocong meratap.

"Hai... " Sebuah suara memotong ratapan pocong. Tuyul datang dengan membusungkan dada. Padahal tubuh kuntetnya tidak sedikitpun macho.

"Ma'af, aku sudah memilih dia," ucap Kunti sambil menunjuk ke arah Tuyul.

"Ayo kita jalan-jalan ke mall. Kamu bisa pilih gaun apa saja, biar aku yang bayar," kata Tuyul dengan sedikit melompat untuk meraih tangan Kunti.

Kunti tersipu, wajah pucatnya merona.

"Dasar setan matre! Ke Masjid aje!" Umpat Pocong kesal. Mereka berdua berlalu, meninggalkan pocong yang kini benar-benar ngesot dalam ratapan.

Sumber